
UPT Laboratorium Terpadu Untan dan KalFor, Inisiasi Simposium Penyusunan Master Plan Interkoneksi Kawasan Hutan Negara dan APL Berhutan Pada Kawasan TWA Gunung Kelam, HL Bukit Luit dan HL Bukit Rentap (KELUTAP) di Kabupaten Sintang
Sintang, 3 Juni 2022 - Kalimantan Forest Project, (KalFor Project) memfasilitasi inisiatif penyusunan Master Plan Interkoneksi Kawasan Hutan Negara dan APL Berhutan pada Kawasan TWA Gunung Kelam, HL Bukit Luit dan HL Bukit Rentap di Kabupaten Sintang. Kegiatan ini merupakan kegiatan lintas instansi yang ada di Kabupaten Sintang yaitu melibatkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat dan Pemerintah Kabupaten Sintang.
Simposium dibuka Bupati Sintang, dr. H. Jarot Winarno, M.Med., PH di Hotel New Setia Sintang pada hari jumat tanggal 3 Juni 2022. Turut mendampingi Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat Sadtata Noor Adirahmanta, S.Hut., MT dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kalimantan Barat yang diwakili Kepala KPH Sintang Timur, Niko Dimus, S.Hut., M.Si.
Dalam sambutannya, Bupati Sintang menyatakan bahwa mengintegrasikan antara hutan negara dan hutan di APL (Area Penggunaan Lain) tidaklah mudah, namun sangat menarik dan sangat menantang. Untuk itu pada tahap pertama diperlukan komunikasi, diskusi, mengumpulkan data-data yang ada, untuk kemudian dianalisa secara lebih detail. Bupati Jarot mengingatkan bahwa ide mengintegrasikan pengelolaan kawasan TWA Gunung Kelam, HL Bukit Luit dan HL Bukit Rentap ini merupakan cita-cita Bupati Sintang terdahulu. “Ini adalah cita-cita Bupati Simon Jalil. Saat ini kita coba interkoneksikan perencanaannya. Semua pihak terlibat.”
Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor Adirahmanta, S.Hut., MT pada kesempatan yang sama menyampaikan apresiasi atas inisiasi ini. Sadtata berharap output final kegiatan penyusunan Master Plan ini dapat menghasilkan Perencanaan Wilayah Berbasis Lanskap yang bermanfaat bagi masyarakat. Kepala BKSDA Kalimantan Barat berharap penyusunan dokumen master plan ini perlu dilanjutkan dan diwujudkan di lapangan. “Kelak dari hasil penyusunan dokumen ini harus jelas dimana rakyat dapat mengambil peran. Rakyat akan dapat apa dari pengelolaan KELUTAP ini. Untuk itu mari kita sama-sama mengawal apakah dokumen yang akan dihasilkan nanti hanya akan menjadi dokumen perencanaan atau dapat diimplementasikan dengan baik dilapangan”. Tantang Kepala BKSDA Kalbar.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kalimantan Barat yang diwakili Niko Dimus, S.Hut., M.Si juga menyatakan apresiasi dan dukungannya pada perencanaan penyusunan Master Plan KELUTAP ini. “Kegiatan ini sangat sejalan dengan Visi & Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 dalam hal ini mewujudkan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Kehutanan yang berkelanjutan dan berkeadilan serta berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat”. Dalam sambutannya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kalimantan Barat juga menyinggung berbagai potensi wisata yang dapat dikembangkan dari HL Bukit Luit dan Bukit Rentap.
Simposium dalam rangka penyusunan Master Plan kawasan TWA Gunung Kelam, HL Bukit Luit dan HL Bukit Rentap (KELUTAP) juga sejalan dengan Visi Kabupaten Sintang sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Sintang tahun 2021-2026 yaitu “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Sintang yang Cerdas, Sehat, Rukun, Sejahtera, Maju dan Lestari Didukung Penerapan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih pada Tahun 2026”.
Kalimantan Forest (KalFor) Project dengan dukungan Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK bekerjasama dengan United Nasions Development Programme (UNDP) dan Global Environment Facility (GEF) menggagas inisiatif kerjasama dan kolaborasi para pemangku kepentingan di kawasan KELUTAP ini. Harapannya melalui koordinasi dan komunikasi yang terbangun diantara pemangku kewenangan semua pihak dapat bekerja dalam koridor dan kewenangan masing-masing untuk mewujudkan pengelolaan kawasan berkelanjutan dan memberikan nilai tambahan bagi masyarakat.
Akselerasi
Penyusunan Master Plan Interkoneksi KELUTAP ini akan dibantu tenaga konsultasi dari Laboratorium Terpadu Universitas Tanjungpura Pontianak. Ketua Tim Penyusun, Muhammad Pramulya, SP., M.Si menyatakan dapat dilakukan akselerasi pengelolaan kawasan. Akselerasi dilakukan dengan memilih destinasi wisata Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Kelam, Hutan Lindung Luit dan Rentap yang akan dikembangkan. Untuk melakukan akselerasi, salah satu tantangan yang dihadapi adalah terkait dengan kewenangan pengelolaan kawasan dimana TWA Gunung Kelam merupakan kawasan pelestarian alam di bawah kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sementara Hutan Lindung Bukit Luit dan Bukit Rentap memiliki status sebagai kawasan hutan lindung dibawah kewenangan Pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Sintang Utara.
Pemerintah Kabupaten Sintang menilai kunci utama meningkatkan jumlah wisatawan adalah dengan mempermudah akses transportasi ke tempat wisata, membenahi tempat wisata, melakukan promosi wisata secara masif, menambah jumlah event budaya dan meningkatkan jumlah dan kualitas SDM di sektor pariwisata. Untuk mempermudah akses ke tempat wisata, keberadaan bandara memegang peranan penting. Bandara dekat lokasi wisata harus ditingkatkan pelayanan dan kapasitasnya supaya dapat disinggahi pesawat berkapasitas besar. Kehadiran pesawat lebih besar akan menekan biaya transportasi wisata. Selain transportasi udara, kualitas infrastruktur transportasi darat masih memprihatinkan. Banyak lokasi wisata yang sulit diakses karena buruknya prasarana jalan dari bandara ke lokasi tersebut. Dampaknya minat wisatawan mengujungi tempat wisata tersebut berkurang.
Selain transportasi darat buruk, para wisatawan sulit mengunjungi tempat-tempat wisata yang tersebar di KELUTAP. Supaya wisatawan dapat dengan mudah mengunjungi sejumlah tempat wisata, interkoneksi antara tempat wisata harus dibangun. Interkoneksi dapat dibangun melalui transportasi udara, laut, dan darat.
Membangun Interkoneksi Kawasan Kelutap untuk Memaksimalkan Potensi Wisata
Pengembangan Kawasan KELUTAP kegiatan wisata didaerah tujuan wisata nantinya akan memiliki komponen-komponen sebagai berikut: Objek/atraksi dan daya tarik wisata, transportasi dan infrastruktur, akomodasi (tempat menginap), usaha makanan dan minuman. jasa pendukung lainnya (biro perjalanan, penjualan cindera mata, informasi, jasa pemandu, sarana pertukaran uang, internet, dll).
Lokasi destinasi wisata prioritas akan menyebar dan menawarkan keindahan alam dan keragaman budaya yang berbeda. Dekat dengan destinasi kawasan stratefgs masih terdapat sejumlah tempat-tempat wisata yang patut dukunjungi. Proses pengembangan transportasi dan infrastruktur harus menjadi prioritas Kabupaten Sintang sehingga akses transportasi ke tempat wisata yang berdekatan harus dapat dijangkau melalui transportasi udara dan jalan darat.
Master Plan interkoneksi di kawasan pariwisata harus manjadi prioritas untuk memudahkan wisatawan menjangkau ke berbagai wilayah tujuannya. Badara Tebelian menjadi simpul interkoneksi akses ke kawasan pariwisata. Demikian juga Bandara Supadio Pontianak yang berdekatan harus saling terkoneksi. Selanjutnya bandara perlu diintegrasikan dengan transportasi antarmoda, sehingga bisa mempermudah dalam menjangkau berbagai daerah tujuan wisata kawasan KELUTAP.
Sebagai contoh, potensi wisata di sekitar Kawasan KELUTAP, Kabupaten Sintang mempunyai ikon wisata yang bernilai jual tinggi. Apabila dilihat dari potensi plasma nuftah yang biasa menjadi wisata Citizen Science seperti Sirih Hutan, Bunga Bangkai, Rambai Hutan, dan lain-lain. Selain itu banyak sekali potensi bila dilihat dari makanan sampai keunikan tradisi masyarakatnya dapat dipromosikan, tidak hanya nilai eksotik alam semata tetapi juga kekayaan budayanya serta kearifan lokal suku dayak seperti ritual tolak bala, panen padi, tarian, serta potensi anyaman dari bahan alam. Selain itu, potensi yang dimiliki warga di kawasan wisata harus terus menerus dilakukan pengembangan inovasi dan kreativitas melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas agar daya tarik wisata tetap terjaga.